(Fanfiction Terbaik 3 - Member Challenge Mei 2013)
------------------------------------------------------------------------------
Cast : Zoro (One Piece), Robin (One Piece), Sanji (One Piece), Nami (One piece)
------------------------------------------------------------------------------
Awal tahun ajaran baru sudah tiba. Ada seorang pemuda yang sangat tidak menyukai keramaian, ada juga pemuda yang hobinya sering memandangi para gadis – gadis cantik yang membuat hatinya selalu ceria. Ya dua pemuda itu adalah sepasang sahabat yang tak pernah akur dan jarang sekali mengobrol. Tetapi, saat mereka berdua di libatkan oleh sebuah masalah mereka pun bekerja sama dengan baik agar masalah yang di hadapinya pun cepat selesai.
Pemuda itu bernama Zoro dan Sanji.
Mereka berdua sekarang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMA. Mereka sudah bersahabat kurang lebih sejak kelas 2 SMP. Dan pertemuan mereka pun karena satu kelompok untuk tugas mata pelajaran waktu itu. Mereka jarang sekali terlihat begitu akrab atau pun mengerjakan tugas bersama – sama. Tetapi yang sering berbicara adalah pemuda bernama Sanji.
“Oi Marimo,” sapa Sanji kepada temannya, Zoro, yang sedang asik duduk teras rumahnya. Karena jarak rumah mereka tidak terlalu jauh mungkin sekitar 10 meter.
Zoro hanya diam tak berkutik dengan panggilan yang sangat akrab di telinganya itu.
“Oi Marimo kau dengar tidak?!” kata Sanji sambil sedikit menaikkan nada suaranya.
“Apa?” sahut Zoro dengan sedikit malas.
“Sebentar lagi kita kan mau masuk ke kelas 3 untuk tahun ajaran baru ini. Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?” kata Sanji.
“Kesepakatan? Maksudmu?” jawab Zoro bingung.
“Begini kita kan sudah 2 tahun ini belum mendapatkan seorang gadis yang mau kita ajak kencan. Nah bagaimana kalau kita mencari gadis itu dan mengajaknya berkencan?” jelas Sanji.
“Kencan, mencari gadis? Kau pikir mereka benda?”
“Aah, bukan itu maksudku Marimo.”
“Terus apa maumu? si Alis Pelintir,” Zoro mengejek.
“Aku mau kita kencan dengan gadis di sekolah!”
Zoro hanya menguap mendengar penjelasan dari sanji. Sanji yang melihat itu menjadi jengkel dan sudah bersiap – siap mengangkat kaki kirinya untuk menendang Zoro.
"Taal!"
Zoro dengan sigap mengambil sapu yang ada di sebelah dan menangkis serangan Sanji.
“heh, refleksmu masih bagus ternyata” ejek Sanji.
“memangnya kau yang hanya bisa menggunakan kaki untuk bertarung,” balas Zoro.
Mereka pun kemudian berkelahi tanpa ada habisnya. Setelah selang waktu sekitar 15 menit mereka pun berhenti akibat mereka kehabisan tenaga.
“bagaimana dengan kesepakatan kita tadi” kata Sanji sambil mengatur nafasnya karena habis bertarung dengan Zoro.
“oke aku setuju, tetapi apa sangsinya ?” jawab Zoro dengan nafas yang menggebu – gebu.
“hm, kalau yang 3 bulan ini belum dapat pasangan. Yang kalah akan membayar uang Kos selama 1 bulan pada waktu kuliah” jawab Sanji.
“oke aku setuju” belas Zoro.
Mereka pun akhirnya membuat kesepakatan. Kemudia hari yang ditunggu – tunggu telah tiba. Atau bisa disebut hari awal untuk memasuki tahun ajaran baru. Mereka pun masuk ke sekolah mereka dan dua sahabat itu pun masuk ke kelas yang sama.
Tiba – tiba mata Zoro dan Sanji terkesima dengan gadis yang masuk ke kelasnya. Kecantikkannya pun tak dapat di ungkapkan lewat kata – kata. Ya gadis yang mereka sukai adalah yang satu bernama Robin dan satunya lagi bernama Nami.
Robin yang sosoknya sedikit tinggi dari Zoro sedikit dan bertubuh yang sungguh mempesona. Dan satunya lagi adalah Nami dengan tinggi yang sedikit rendah dari Sanji. Roin disukai oleh Zoro. Dan Nami pun disukai oleh Sanji.
Dua orang sahabat itu pun saling memandang dan memberikan ancaman kalau mereka sudah menemukan pasangan untuk misi mereka.
Sanji dengan gesitnya menghampiri Nami.
‘ciih dasar orang tidak sabaran’ batin Zoro terhadap tingkah laku Sanji. Zoro hanya diam tak bergeming, tetapi dia merasakan bahwa ada sepasang bola mata yang sedang melihatnya. Ternyata yang sedang melihatnya itu adalah orang yang telah menjadi incarannya yaitu Robin. Zoro melihat sedikit kearah gadis itu dan gadis itu memberi respon senyuman manisnya kepada Zoro. Sontak Zoro pun wajahnya memerah akibat senyuman dari gadis yang menjadi incarannya itu.
--Sanji
“Halo cantik,” sapa Sanji kepada gadis berambut oranye itu.
“Ha .. halo juga,” balas gadis itu.
“Boleh tahu namamu? Aku Sanji.”
“A…aku Nami, senang berkenalan denganmu,” jawab Nami dengan sedikit gugup.
“Tak apa-apa santai saja denganku,” Sanji tersenyum ceria.
“I .. iya” sahut Nami.
Mereka pun berkenalan dan mereka pun sering bersama – sama saat istirahat saat kerja kelompok mereka selalu bersama. Tak lama selang beberapa minggu akhirnya mereka pun tumbuh rasa saling menyukai satu sama lain dan mereka tak mengetahuinya bahwa ini akan menjadi sebuah perasaan yang entah itu apa namanya. Dan yang pasti adalah banyak yang menyebutnya Cinta.
Pada saat weekend akhirnya Sanji pun memberanikan diri untuk mengajak gadis itu untuk berkencan dengannya.
“I .. itu, bolehkah aku mengajakmu keluar weekend ini ?” ajak Sanji dengan gugup meskipun dia waktu dahulu sering mengejar – ngejar gadis yang di anggapnya menarik, tetapi kali ini gadis ini sungguh berbeda dari yang lainnya.
“Ta .. tapi aku kalau keluar itu biasanya hanya untuk berbelanja,” jawab Nami, wajahnya sedikit memerah.
“Tidak apa–apa kalau bisa aku yang membelikannya untukmu,” kata Sanji menyakinkan Nami yang ada di depannya.
“Ti.. dak usah biar aku sendiri yang membeli barang–barang kebutuhanku.”
“Tidak apa–apa kok. Lagi pula mana ada lelaki yang tak ingin memuaskan hati seorang wanita,” tutur Sanji,
sontak wajah Nami memerah mendengarnya.
Memang sosok Sanji adalah pemuda dengan sedikit berkecukupan. Bisa dibilang kalau dia sebenarnya kaya, tetapi penampilannya tetap seperti orang sederhana. Nami sosok perempuan yang gila dengan berbelanja, apalagi kalau dia mendengar potongan harga (diskon) dia langsung buru–buru untuk memborong barang itu.
Weekend pun tiba mereka pun akhirnya pergi ke sebuah mall yang cukup elit. Dan mata Nami saat itu berbinar–binar penuh dengan bayangan barang–barang yang mewah. Sanji yang melihatnya pun cukup senang, tetapi Sanji waktu itu belum mengetahui Nami kalau sangat suka menghabiskan uang untuk berbelanja.
“Sanji ayo kita ke toko itu,” ajak Nami.
“Oke, oke.” Sanji hanya menurut dengan ajakan gadis yang sedang diajaknya berkencan.
“Sanji bagaimana dengan baju ini bagus tidak ?” tanya Nami kepada Sanji.
“bagus” jawab Sanji singkat.
“kalau yang ini ?” Tanya Nami lagi.
“bagus juga itu”
“hmm semuanya kau bilang bagus terus mana yang mau di beli ?” rengek Nami kepada Sanji.
“yang itu saja baju berwarna oranye dengan motif jeruk” saran Sanji kepada Nami.
“okelah aku beli yang kau pilih saja” jawab Nami dengan penuh kegirangan. Kemudian digeseknya kartu ATM Sanji untuk membayar baju yang di beli Nami.
Tak terasa sudah setengah hari penuh mereka berbelanja. Tak terasa pula barang belanjaan yang mereka beli sudah memenuhi tangan mereka. Tak terasa pula kartu ATM Sanji sudah mau habis. ‘gila nih cewek banyak sekali barang yang dibelinya’ batin Sanji. Sanji yang sudah tidak kuat lagi membawa barang belanjaan Nami, dan berhubung kartu ATM-nya juga mau habis. Akhirnya Sanji pun mengajak Nami pulang bahwa dia sudah merasa capek dengan barang belanjaan Nami yang dibawanya.
“Nami kita pulang saja yuk” ajak Sanji.
“ta.. tapi aku masih ingin berbelanja lagi” kata nami. ‘
gila bisa – bisa uang ludes gara – gara nih cewek’ batin Sanji.
“lihat apakah barang – barang yang banyak ini masih kurang untukmu ?” kata Sanji. Nami melihat Sanji dan barang yang dibawanya.
Akhirnya mereka pulang ke rumah sesampainya di rumah Nami. Sebelum Sanji pulang ke rumahnya. Sanji pun memberanikan diri untuk menyakan perasaannya kepada Nami. Sudah lama mereka saling meyukai tetapi mereka pun belum ada ya memberanika diri untuk mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain. Sudah lama mereka berdua bersama – sama tetapi belum ada suatu ikatan yang mereka jalin yang lebih dari sekedar teman.
“Nami maukah kau menjadi kekasihku ?” sambil mengeluarkan bunga teratai kepada Nami.
“i.. tu aku ma…” jeda Nami. “ma.. apa ?” balas Sanji.
“maaf, aku tak bisa menolaknya jika menjadi kekasihmu” jawab Nami sambil mengambil bunga dari Sanji.
“sungguh ?” Sanji menyakinkan.
“i.. iya” jawab Nami dengan penuh senyuman.
Akhirnya mereka pun menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai. Sanji pun mendekatkan dirinya ke Nami dan memeluk Nami dengan penuh kasih sayang. Lalu di kecuplah kening Nami, bahwa itu adalah tanda kalau Sanji benar – benar menyukai Nami dan tidak ingin dia melepaskan pelukannya kepada Nami.
--Zoro
Zoro yang waktu itu sudah menemukan sosok gadis yang sangat membuat hatinya berdebar – debar. Dengan penuh hati – hati Zoro pun mematai – matai gadis itu. Kemanapun gadis itu pergi Zoro mengikutinya. Lain halnya kalau gadis itu sedang pergi ke suatu tempat yang ingin dimasuki gadis itu seorang (tau kan maksud saya).
Gadis itu sebenarnya sudah tau kalau dia sejak pertama kali bertatapan dengan pemuda itu, sudah menjadi incaran pemuda itu. Dia pun sudah tau kalau selama ini dia telah di ikuti terus oleh pemuda berambut hijau itu. Tetapi dia suka kalau sekarang ada yang memperhatikannya. Memang dulu dia sering pergi sendirian tanpa di ketahui oleh orang lain. Saat ini gadis itu malah senang kalau di dunia ini benar – benar ada yang mengkhawatirkannya.
Pada saat liburan panjang gadis itu membuat sebuah catatan harian untuk acara nanti waktu libur panjang. Dia pun berniat pergi ke suatu tempat dimana tempat itu berisi banyak sekali informasi yang ingin dia ketahui. Karena informasi itu sangat di perlukan agar tidak ketinggalan dengan berita apa yang sudah terjadi di masa lalu ataupun masa sekarang.
Memang hobinya yang paling menonjol adalah membaca, karena dengan membaca dia pun akan mengetahui berbagai hal yang sudah terjadi di dunia ini. Tetapi dia masih belum mengetahui apa yang sudah terjadi di masa lalu. Karena menurutnya masa lalu itu adalah sebuah mistery apalagi masa yang akan datang.
Robin pertama kali mengenal Zoro, saat Zoro mengobrol dengan orang yang bernama Sanji. Katanya Zoro dan Sanji adalah dua orang sahabat yang tak pernah akur. Tetapi persahabatan mereka tak bisa dikatakan lagi. Sanji pemuda dengan rambut kuning dan mata sebelah kirinya tertutupi oleh rambutnya. Entah kenapa mata kirinya itu selalu ia tutupi dengan rambutnya.
Zoro saat itu sedang berbincang dengan Sanji. Perbincangan mereka pun sering di sisipi dengan adu pendapat. Robin yang melihat tingkah laku mereka hanya bisa tersenyum ceria. Suatu hari Zoro dimintai tolong seorang nenek yang ingin berbelanja membeli sebuah makanan untuk hewan peliharaannya. Zoro yang kelihatannya bodoh tetapi dia tetap saja mengerti apa yang di katakan nenek itu.
Zoro pun menolong nenek itu. Sekarang giliran Robin yang memata – matai Zoro. Zoro dengan santainya berjalan ke toko hewan untuk membeli makanan hewan peliharaan nenek tadi. Sesudah Zoro membeli makanan buat peliharaan sang nenek, Zoro mencari nenek itu. Tetapi nenek itu tidak di temukan oleh Zoro. Padahal nenek itu berada di seberang jalan untuk duduk dan menunggu kedatangan Zoro. Zoro pun mencari nenek itu ke segala tempat hingga sore menjelang. Sang nenek yang cukup lama menunggu, akhirnya nenek itu pun mencari Zoro.
Mereka berdua saling mencari, nenek yang berada di seberang jalan. Dan Zoro tetap mencari di seberang jalan nenek tersebut. Robin yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa geli melihat kejadian itu. Akhirnya Robin pun membantu sang nenek dengan menunjukkan keberadaan Zoro. Nenek itu pun sadar bahwa dia yang harus menemui pemuda bernama Zoro itu.
Nenek pun sudah menyebrang jalan dan ditepuklah pundak Zoro yang lumayan tinggi dari pundak nenek itu. Zoro pun terkaget atas perbuatan nenek itu.
“kau habis dari mana nenek ?” tanya Zoro pada nenek itu.
“aku ada di seberang jalan nak” jawab nenek sambil menunjuk tempat asal dia tadi.
“kalau mau berpindah bilang dong nek” kata Zoro sedikit kesal atas perbuatan nenek tadi. Nenek itu hanya tersenyum.
“kalau begitu kenapa nenek bisa kesini ?” tanya Zoro lagi.
“itu tadi ada seorang perempuan yang cantik menunjukkan kepada nenek bahwa kau sudah ada disini”.
“boleh tau siapa peremupan yang nenek bilang tadi ?” tanya Zoro.
Nenek itu pun menunjuk sosok perempuan yang sudah cukup menjauh dari hadapan Zoro. Sepertinya perempuan itu tak asing bagi matanya.
Akhirnya Zoro meninggalkan sang nenek dan segera mengejar perempuan itu. Tetapi perempuan itu sendiri sudah dikejar oleh dua orang pemuda yang mempunyai niat jelek kepada Robin. Robin pun diserang oleh dua pemuda tadi. Zoro yang melihatnya pun tak ambil pusing dikerjarlah Robin dan langsung melindungi Robin dari ancaman para pemuda – pemuda berandalan.
Robin yang melihat Zoro pun hanya diam tak berkutik, dia hanya terkesima melihat sosok Zoro yang sudah ada di dalam pelukan lelaki itu.
“kalian jangan macam – macam dengan gadis ini, dia sudah menjadi incaranku sejak dulu” kata Zoro kepada pemuda berandalan.
“hah, incaranmu ? coba lawan kami kalau kau bisa !” balas salah seorang dari dua orang berandalan tadi.
Zoro pun meminta Robin untuk pergi ke belakangnya, karena Zoro tak ingin gadis itu kenapa – napa. Robin pun hanya menuruti kemauan Zoro. Zoro yang pandai memainkan barang menjadi sebuah pedang dengan sigap dia mengambil sebuah balok kayu yang ada di dekat tempat sampah yang berada di sebelah kirinya.
Lagi – lagi Robin yang melihat aksi Zoro hanya bisa diam tak berkutik. Dengan kelihaian Zoro dalam memainkan balok kayu sebagai senjatanya bisa menghalau serangan para preman itu. Sepertinya Zoro memperlakukan balok kayu itu sama halnya dengan sebuah pedang.
Zoro berhasil memenangkan pertarugan dengan para berandalan. Luka yang dialami oleh Zoro pun tidak sebegitu parah hanya terdapat bekas – bekas tonjokan di pipi dan goresan – goresan kecil di lengan kanan Zoro.
Robin pun membawa Zoro ke rumahnya. Dengan penuh hati – hati Robin pun membersihkan luka Zoro. Agar luka Zoro tidak terkena Infeksi. Tetapi tiba – tiba Zoro memeluk Robin, Robin pun tersentak kaget.
“apa yang kau lakukan ?” kata Robin .
“aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu” jawab Zoro.
“Robin ada yang ingin aku katakan padamu” tanya Zoro.
“Apa itu Zoro ?” Tanya Robin.
“aku sudah lama suka kepadamu, dan saat kau diganggu oleh berandalan itu aku menolongmu dan mencoba menunjukkan padamu bahwa aku akan melindungimu walau nyawaku terancam” ungkap Zoro kepada Robin.
Robin pun menitikkan air matanya atas perkataan Zoro. Air mata ini adalah air mata kebahagiaan dia belum pernah mendengarkan kata – kata itu dari orang lain, kecuali pemuda yang ada di depannya. Robin pun juga sudah lama meyukai Zoro. Akhirnya Robin pun membalas pelukan yang di berikan oleh Zoro. Sebagai tanda bahwa Robin juga telah menyukai Zoro dari dulu.
“adu .. aduh jangan keras – keras meluknya, ini masih sakit” ronta Zoro kepada Robin.
Robin pun tersenyum kepada Zoro.
“akan ku obati lukamu” jawab Robin penuh dengan senyuman misteriusnya. Zoro pun bingung tetapi tiba – tiba bibir mereka pun saling menempel dan terciptalah ciuman yang menjadi awal kisah – kasih Cinta mereka.
Akhirnya dua sahabat tadi mendapatkan pasangan hidup masing – masing dan berbahagia selamanya. Dari mulai kesepakatan untuk memulai mencari pasangan. Ternyata malah berbuah menjadi sebuah kisah Cinta Kasih yang abadi sampai akhir hayat mereka.
END
------------------------------------------------------------------
Tentang Penulis
Nama M. Irfandi Zakaria. Lahir di kedri dan bertempat
tinggal di Surabaya. Tahun 1996 lahir. orang yang sangat tertutup dan
tidak sebegitu suka dengan keramaian.
Berkenalan dengan dunia menulis saat ada teman yang tiba-tiba
menunjukkan sebuah website yang menjurus kepada FanFincition.
Kalau karya menulis masih tidak begitu banyak. Jika ingin berkenalan
silahkan ke :
Facebook : irfandizakaria@yahoo.com
Twitter : @mirfandiz