Posted by : tiwi Kamis, 27 Maret 2014

oleh : Kanetha Nissa Putri
(Fanfiction Terbaik 2 - Member Challenge Mei 2013)

--------------------------------------------------
Cast : Light Yagami (Death Note), Misa Amane (Death Note) 
--------------------------------------------------

“Jika aku masih diberi waktu untuk dapat mencintaimu, akan kugunakan semua waktuku hanya untukmu. Namun sekarang waktu sudah tidak mau berpihak padaku, bahkan waktu sudah tidak mengizinkanku walau hanya untuk sekedar menggagumimu. Ini memang salahku telah mempermainkan waktu dan melukaimu di masa lalu.”
***
Semburat lembayung sudah menghiasi cakrawala. Sore pertama di musim semi sudah dimulai, lalu lalang penduduk Tokyo sudah memenuhi jalan setapak mungkin juga karena bertepatan dengan waktu karyawan pulang dari rutinitas kerja.
Namun itu tidak berlaku untuk seorang laki-laki yang masih berkutat dengan tumpukan kertas di atas mejanya. Papan nama terpajang manis bertuliskan Presdir dan berukirkan nama Light Yagami. Pria itu tengah menandatangani beberapa berkas-berkas penting dimejanya.
“Tok…tok...tok!”
Suara ketukan pintu menghentikan aktifitasnya sejenak untuk sekedar melirik asal suara dari balik pintu.
“Masuk,” suara serak yang khas itu keluar dari bibir tipis Light.
“Maaf Tuan, nanti pukul delapan malam ada undangan makan malam dari kedutaan Rusia sekaligus untuk membicarakan proyek kerja sama yang akan kita jalin,” ujar sekertaris cantik itu.
“Dimana kita akan mengadakan pertemuan?”
“Di Greates resto.”
“Baiklah, kamu boleh kembali ke ruangan.”
“Baik Tuan.”
**
Dentingan jam terus bergerak setiap waktu, tak terasa sekarang sudah menunjukan pukul 19.45. Di sudut resto yang bernuansakan modern itu, Light Yagami sudah duduk menunggu kliennya.
“Maaf Tuan, saya terlambat. Apa anda sudah menunggu lama?” ujar wanita cantik yang baru datang itu.
“Oh, tidak.”
Light mendongak melihat kliennya, namun apa yang dia dilakukan?
Light hanya diam terpaku melihat kliennya yang ternyata Misa Amane, gadis masa lalunya yang menghilang hampir 2 tahun ini. Begitu juga dengan Light, Misa juga hanya duduk dalam diam
“Bukankah kau tidak suka membuat orang lain menunggu?” Light mencoba mencairkan suasana.
“Maaf Tuan, kedutaan Rusia tidak dapat menemui Anda dalam waktu dekat ini. Karena masih ada kepentingan yang harus diselesaikan,” Misa mengalihkan pembicaraan.
“Kenapa kau menghilang selama ini?”
“Apa yang Anda bicarakan tidak ada sangkut pautnya dengan proyek akan kita jalankan Tuan.” Misa terus mencoba mengalihkan pembicaraan
“Kau hanya perlu menjawab, tak perlu mengalihkan pembicaraan.” Wajah Light mulai memerah menahan amarahnya.
“Cih! Kau tak pernah berubah,” desis Misa.
“Kau hanya perlu menjawab!”
“Apa dengan aku menjawab kau bisa mengerti?! Apa dengan menjawab, kau bisa percaya?! Dan apa dengan aku menjawab, semua akan kembali?! Tidak!!!”
“Mana mungkin aku bisa mengerti dan percaya jika kau hanya diam.”
“Karena diam cara hatiku berbicara apa yang sebenarnya.”
Misa melangkah pergi meninggalkan resto. Tapi langkahnya terhenti seketika, begitu Light tiba-tiba mencengkram lengannya dan menyeretnya ke mobil.

**

Tak lama mobil Light sudah sampai di sebuah gereja yang cukup mewah, gereja yang pernah mereka gunakan untuk mengucap janji sakral di depan Tuhan.
“Di sini aku mengucap janji dan apa aku melanggarnya sampai-sampai kau pergi meninggalkanku? Kalau iya, biar di sini juga Tuhan menghukumku di depanmu…” Light duduk tertunduk di depan Misa, air mata yang sedari tadi Misa tahan akhirnya jatuh juga. Tetesan demi tetesan terus mengalir di pipinya bagai sungai-sungai kecil.
“Kau tidak pernah melanggar janji,” lirih Misa seraya melangkahkan kaki meninggalkan gereja.
“Tapi kenapa kau menyiksaku seperti ini? Kemana Misa yang kuanggap malaikat? Kenapa malaikatku yang dulu berubah menjadi iblis?!” teriak Light menghentikan langkah Misa.
“Aku meninggalkanmu karena aku sudah terlalu lelah Light…”
“Apa aku terlalu keterlaluan?”
“Bukan kau, tapi keluargamu,” ujar Misa dengan terisak.
“Keluargaku?” tanya Light bingung, ia berjalan mendekati Misa.
“Kalau sejak awal keluargamu tidak setuju kau menikahiku, kenapa mereka tidak melarangmu? Kenapa mereka harus menyiksaku?” Misa terduduk di lantai.
“Apa mereka melukaimu?” Light menguncang-guncang pundak Misa.
“Mereka tidak menyiksa fisikku tapi batinku. Aku lelah jika harus tersenyum menyembunyikan tangisku. Hatiku terlalu sakit Light… Kau selalu percaya pada keluargamu, tapi kau tak pernah mau peduli kalau aku yang terluka di sini. Masih banyak yang bisa kau percaya selain keluargamu, mereka memang keluarga tapi belum tentu mereka akan baik padamu,” lanjut Misa, ia segera bangkit dan langsung beranjak meninggalkan Light yang merasa bersalah.
Misa berlari menuju taman bunga tulip di belakang gereja, dia jatuh terduduk dan terus terisak. Ia memandang hamparan bunga tulip yang warna-warni.
“Mungkin aku akan sangat bahagia jika aku sepertimu bunga tulip, kau memiliki warna yang indah untuk mewarnai setiap waktu di hidupmu, kelopak bungamu yang menguncup begitu indah tidak akan ada orang yang menghinamu karena kau terlalu indah untuk dihina,” tutur Misa pelan.
Di sisi lain Light memperhatikan Misa dari balik tembok gereja, dia hanya diam dan terus diam, tak berani melangkahkan kaki mendekati Misa, dia terlalu malu untuk sekedar mendekap Misa.
“Aku memang lelaki pecundang yang membiarkan orang yang kucintai menangis,” gerutunya.
Tanpa Light sadari Misa berjalan melewatinya, namun dia hanya diam dan bersikap acuh.
“Kumohon maafkan aku…” ujar Light sukses menghentikan langkah Misa.
“Apa ini yang dilakukan manusia seterusnya? Meminta maaf setelah berbuat salah,” ketus Misa.
“Kau ingin manusia yang seperti apa? Manusia bukan robot yang bisa dikendalikan agar tidak berbuat salah. Mereka tidaklah sempurna,” Light membela diri.
“Manusia tahu dia tidak sempurna, tapi mereka hidup seolah-olah yang paling sempurna.”
“Apa yang bisa kulakukan agar kau memaafkan aku? Apa perlu aku bersujud dan mencium kakimu?”
“Kau cukup ceraikan aku dan pergi meninggalkanku.”
“Itu tidak akan terjadi!” bentak Light.
Misa tersenyum tipis, tanpa menggubris kata-kata Light, ia berjalan meninggalkan area gereja.
Di luar sana, hujan semakin deras. Dengan langkah gontai Misa menyusuri kota Tokyo seorang diri. Seperti orang buta yang tidak pernah melihat indahnya dunia, seperti orang tuli yang selalu hidup dalam sunyi, Misa tidak memperhatikan sekelilingnya.
Sampai ada sebuah mobil boks yang melaju kencang dari arah berlawanan, entah apa yang sebenarnya terjadi hingga tubuh Misa terpental, kepalanya membentur trotoar jalan.
Light yang sedari tadi mengikuti Misa dari dalam mobil langsung berlari menghampiri misa. Darah yang bercucuran sudah bercampur dengan air hujan menambah perih luka di hati Light.
“Kau tidak pergikan?? Kau sedang bersandiwara agar aku meninggalkanmu kan?? Kumohon bangun dan hukum aku biar kau puas!!” Light menampar-nampar wajah Misa, ia tidak percaya Misa telah meninggalkannya.

END
------------------------------------------------------------------

Tentang Penulis

Kanetha Nissa Putri. Gadis 16 tahun yang terlahir di Jakarta. Dia anak ke 3 dari 3 bersaudara memiliki hobi menulis dan mendengarkan musik. "Love Death Note" adalah cerpen pertama yang dipublikasikan, selalu mencari inspirasi dari lagu-lagu yang sering didengarkan kemampuan menulis cerpen nya hanya sampai cerita yang bergenre romance 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 KATA KATA BIJAK TOKOH ANIME - Hentai Ouji - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -